Senin, 30 April 2012

Sejarah PP. Darut Tafsir

<
IKHTISAR SEJARAH LAHIRNYA PESANTREN DARUT TAFSIR
(Ditulis Oleh Al Maghfurllah: KH. Istichori Abdurrahman)

Setelah menyelesaikan pelajaran disekolah dan pesantren diberbagai tempat, di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur bersamaan dengan berakhirnya revolusi fisik, tibalah waktunya untuk mengisi kemerdekaan. Maka pada tahun 1952, saya mendirikan pesantren yang dilengkapi dengan sekolah Ibtidaiyah, bertempat di Sindangpala Semplak Bogor.
Kekurangan-kekurangan setelah kemerdekaan sangat terasa. Pesantren yang telah ada tidak memenuhi kebutuhan suatu bangsa yang sedang membangun. Keadaan ini menimbulkan berbagai upaya dari tokoh-tokoh Pesantren. Lahirnya Perguruan-perguruan Tinggi adalah natijah dari pada usaha ini. Banyak pesantren yang masih belum melihat kenyataan. Mereka masih mengikuti cara lama. Usaha modernisasi sekalipun lambat, tapi masih berjalan terus. Kesulitan-kesulitanya datang dari pesantren itu sendiri. Kalau dilihat dari sejarahnya, logis. Sebab pada umumnya pesantren-pesantren di Jawa Barat hanya mengutamakan pelajaran-pelajaran Ilmu Fiqih saja, tapi jarang yang sampai mempelajari ilmu perbandinganya.
Ilmu-ilmu yang penting seperti: Sejarah Umum, sejarah Islam, tidaklah masuk dalam pelajaran pesantren, padahal ilmu itu sangat dianjurkan oleh Alqur’an. Sedang kan pelajaran Tafsir Alqur’an kebanyakan hanya terbatas kepada ayat ahkam saja. Itupun masih sangat sederhana. Sedangkan ayat yang mengenai ilmu Pengetahuan Umum tidak disentuhnya. Kesemuanya itu mengakibatkan:
a. Sempit dalam berfikir
b. Menganggap Pengetahuan Umum itu bertentangan dengan Alqur’an
c. Perbedaan dalam Fiqih, sering menjadikanya pertentangan
Maka jika timbul kelompok-kelompok ummat, atau terdapat jurang yang dalam antar Ulama dan Intelektual adalah logis sekali. Keadaan ini wajib dirubah.
CARA MERUBAHNYA
Banyaknya usaha-usaha yang telah dilakukan, baik oleh para ulama maupun pemerintah. Dan sayasebagai seorang Muslim, tidak terlepas dari kewajibanitu menurut kadar kemampuan saya. Saya berkeyakinan adanya anggapan bahwa Pengetahuan Umum itu bertentangan dengan Alqur’an, sempit dalam berfikir, sering pertentangan dalam furu, kesemuanya itu timbul dari pendidikan yang kurang sempurna.
Pendidikan Agama yang azasnya “akhlaq”, tidaklah sempurna bila masih mengabaikan Alqur’an. Alqur’an adalah petunjuk bagi segenap manusia. Alqur’an menunjukkan jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan Dunia dan Akherat. Untuk itu Alqur’an mengharuskan manusia supaya berilmu dan beriman.
Banyak ayat-ayat Alqur’an yang mendorong agar manusia mempelajari :
a. Ilmu Bahasa g. Ilmu Filsafat
b. Ilmu falak h. Ilmu Kedokteran
c. Ilmu Jiwa i. Ilmu Kemasyarakatan
d. Ilmu Hayat j. Ilmu Teknik
e. Ilmu Pendidikan k. Ilmu Perdagangan
f. Ilmu Pertanian l. Ilmu Sejarah, dll
Fiqih sendiri telah menetapkan bahwa: Ilmu itu ada yang fardu dan yang Fardhu Kifayah, yang fardhu kifayah itu antara lain:
1. Ilmu Kedokteran 4. Ilmu Bahasa
2. Ilmu Pertanian 5. Ilmu Tafsir, dll
3. Ilmu Teknik
Alqur’an yang berisikan 6666 ayat, hanya 500 ayat sajalah yang mengenai hokum-huku Syariat. Sedangkan yang lainya mengenai ilmu-ilmu tersebut diatas. Maka oleh karena itu bila Alqur’an dipelajari secara khusus, sudah pasti akan membuahkan:
a. Dinamis dalam berfikir
b. Toleran terhadap orang yang tidak sepaham dalam masalah furu
c. Akan menjadi pendorong dalam segala kemajuan
TRADISI PESANTREN
Pesantren yang telah hidup berabad-abad lamanya di Persada Ibu Pertiwi mempunyai tradisinya sendiri. Pendidikan dan Pengajaran tidak mempunyai batas waktu. Kyai sebagai gurunya senantiasa berada ditengah-tengah santrinya. Hubungan kyai dengan santrinya sangat erat sekali, bagaikan keluarganya sendiri. Para santri bukan saja menerima pelajaran-pelajaran dari kyainya, tapi juga mengikuti segala jejak langkahnya, dan disinlah terletak ruh pesantren.
Santri-santri yang telah berpindah tempat, atau telah kembali ke kampungya atau menjadi orang yang lebih alim atau menjadi pembesar, tidaklah putus hubungan dengan kyainya itu.
Tradisi diatas menimbulkan hal-hal yang baik, tapi juga menimbulkan hal-hal yang buruk, seperti timbulnya guruisme dan disebut juga menurut istilah di Jawa Timur “guru kulo”, sehingga si santri tidak dapat menerima pendapat orang lain, jika pendapat itu bertentangan dengan gurunya.
BERDIRINYA PESANTREN DARUT TAFSIR
Pada tahun 1967 berdirilah IAIN Syarif Hidayatullah Bogor. Sebagai dekanya, Bapak Kyai H. ZABIDI bekas Duta Besar Indonesia di Saudi Arabia. Saya diminta untuk membantu beliau dan saya diangkat menjadi Dosen Luar Biasa dalam mata kuliah Ilmu Tafsir. Saya merasa yakin bahwa IAIN inilah yang dapat menyempurnakan Pendidikan Islam dan sekaligus menutupi kekurangan-kekurangan pesantren. Setelah beberapa lamanya saya memberikan kuliah, ternyata IAIN yang semula saya harapkan bias menyempurnakan kekurangan-kekurangan pendidikan dan Pengajaran di Pesantren tidak memenuhi harapan saya karena IAIN pun mempunyai kekurangan-kekurangan, yang umumnya para mahasiswanyalebih menguasai Pengetahuan Umum dari pada Pengetahuan Agama. Mereka banyak yang tidak sanggup menghirup Ilmu Agama langsung dari buku sumbernya. Hal ini membuat hati saya kecewa kecewa. Maka timbul yang kuat hendak mendirikan sebuah pesantren yang dapat menyempurnakan pesantren dan kekurangan-kekurangan Pendidikan Islam di sekolah-sekolah.
Maka pada akhir tahun 1971 didirikanlah Pesantren “DARUT TAFSIR” di Gunung Batu Bogor, dimana Ilmu Tafsir menjadi pelajaran pokoknya.
Untuk dapat mendalami Tafsir Alqur’an, diperlukan ilmu Pokok dan Ilmu Bantu. Ilmu Pokok seperti Ilmu Bahasa Arab dan ilmu Bantu ialah pengetahuan Umum. Untuk mencapai kedua macam ilmu itu diperlukan adanya sekolah-sekolah. Dan pesantren Darut Tafsir telah memiliki dua buah sekolah, Tsanawiyah dan Aliyah, yang kurikulumnya mempergunakan kurikulum Pemerintah.
HUBUNGAN PELAJARAN PESANTREN DAN SEKOLAH
Pelajaran-pelajaran Pesantren dan Sekolah sifatnya saling membantu kesulitan Pesantren dalam melaksanakan pelajaran tafsir sesama fak terbentur kepada:
a. Belum adanya kurikulum Pesantren. Sedangkan Kurikulum Fakultas jurusan Ilmu Tafsir tidak
dapat diterapkan dalam pesantren
b. Belum adanya buku-buku Tafsir yang sistematik
Maka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, telah ditulis dua buah buku :
1. PELENGKAP TAFSIR
2. AHKAMUL QUR’AN
KEPINDAHAN PESANTREN “ DARUT TAFSIR “
Pada tanggal 5 Mei 1974 pesantren Darut Tafsir berpindah tempat dari Gunung Batu Kecamatan Ciomas ke Cibanteng Kecamatan Ciampea. Dengan keyakinan ditempat yang baru itu akan lebih berkembang.